Di sebelah timur Museum Kereta Api Ambarawa, kira-kira berjarak satu kilo meter, di sana berdiri Rumah Sakit Umum Ambarawa (RSU Ambarawa).
Bila kita perhatikan, terutama pada bangunan sebelah belakang, di Rumah Sakit Umum Ambarawa (RSU Ambarawa) masih jelas nampak adanya sisa-sisa atau bekas-bekas peninggalan sejarah penjajah Belanda, yakni bentuk bangunan dan adanya bangunan seperti bekas Kapel (gereja kecil).
Bila kita perhatikan, terutama pada bangunan sebelah belakang, di Rumah Sakit Umum Ambarawa (RSU Ambarawa) masih jelas nampak adanya sisa-sisa atau bekas-bekas peninggalan sejarah penjajah Belanda, yakni bentuk bangunan dan adanya bangunan seperti bekas Kapel (gereja kecil).
Meskipun pada menara "bekas Kapel" tersebut sudah tidak ada lagi salib, tetapi pada kaca jendela sebelah barat masih terdapat tanda salib ciri khas gereja Katholik. Hal ini bisa dilihat pada foto sebelah ini yg saya ambil pada bulan April 2009.
Menurut penuturan orang yg saya temui pada saat saya memotret tsb, konon katanya rumah sakit umum Ambarawa ini adalah rumah sakit swasta peninggalan Belanda yg dikelola oleh yayasan Katholik, tetapi kemudian diambil alih pemerintah sekitar tahun 1950-an.
Masih menurut Bapak yang berbicara kepada saya tadi, dulu katanya gedung yg mirip Kapel tsb memang sebuah Kapel. Dan, waktu dia masih kecil, dia masih melihat adanya Gua Maria di sebelah Kapel tsb, yakni tepat pada posisi tempat tiang bendera sekarang ini berdiri (liha foto).
Apakah sisa-sisa sejarah peninggalan penjajah Belanda di rumah sakit umum Ambarawa ini akan lenyap karena memang tidak ada niat untuk melestarikannya?
Atau akan dirawat dan dipertahankan sebagai sebuah cagar budaya (heritage) yg memiliki nilai sejarah tinggi untuk kemaslahatan masyarakat banyak?
Kita tunggu saja, atau kita musti bertindak?
Memangnya siapa yg masih peduli pada obyek wisata yg jaraknya tidak jauh dari Museum Kereta Api Ambarawa ini?